Balkanisasi Korban Perang Modern Akankah Menimpa NKRI ?

Selasa, 24 Juli 20120 komentar


Pasukan NATO


BALKANISASI KORBAN
PERANG MODERN, AKANKAH MENIMPA NKRI ?

Oleh : Kol.Chb.Drs.T.Samuel L.Toruan,MM *

1. Pendahuluan

Kawasan Balkan baik secara geopolitik dan geostrategis memiliki posisi penting di Eropa dan dunia internasional. Secara umum kawasan Balkan dan secara khusus negara eks Yugoslavia saat ini menjadi pusat perhatian dunia internasional menyusul dengan apa yang kita kenal BALKANISASI. BALKANISASI adalah perpecahan negara eks Yugoslavia ( Republik Federal Sosialis Yugoslavia yang terdiri dari Republik-Republik Bagian Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia Herzegovina , Makedonia dan Montenegro) menjadi negara-negara kecil baru yaitu Republik Federal Yugoslavia terdiri dari Rep.Serbia dan Rep.Montenegro (RFY), Republik Kroasia, Republik Slovenia, Republik Makedonia dan Konfederasi Bosnia Herzegovina. Selanjutnya Republik Federal Yugoslavia berubah menjadi Uni Serbia dan Montenegro. Pembentukan negara-negara baru tersebut bukan melalui suatu proses alamiah dan berlangsung secara damai, akan tetapi melalui pertikaian akibat lunturnya nasionalisme dan wawasan kebangsaan rakyat yang diikuti konflik bersenjata.

Hingga saat ini negera-negara pecahan eks.Yugoslavia walaupun telah merdeka tetapi mereka masih tergantung dengan negara-negara Barat baik secara politik, ekonomi dan militer, misalnya pemberian bantuan ekonomi, keberadaan pasukan NATO masih tetap tinggal di Bosnia Herzegovina untuk melindungi negara tersebut dari pertikaian bersenjata. Timbulnya nasionalisme kedaerahan yang sempit tersebut ternyata tidak terlepas dari provokasi negara-negara luar yang memiliki agenda kepentingan di kawasan negara eks.Yugoslavia dengan mengadu domba dan menimbulkan perpecahan melalui issu global seperti demokratisasi, HAM dan lingkungan hidup. Selain politik adu domba yang dikembangkan oleh negara adidaya dan sekutunya juga mengangkat issu agama, suku dan etnik dengan memanfaatkan media massa untuk melakukan propaganda yang sebenarnya merupakan Konsep Perang Modern saat ini ( Konsep Perang Modern, oleh Jendral TNI Ryamizard Ryacudu).

Situasi yang terjadi di kawasan Balkan patut menjadi pelajaran bagi kita serta menuntut kita untuk selalu waspada dan tidak boleh lengah mengingat situasi dan kondisi di NKRI memiliki beberapa kesamaan dengan negara eks.Yugoslavia di berbagai aspek kehidupan. Letak geografis dan sumber kekayaan alam Indonesia yang melimpah dari dulu merupakan daya tarik tersendiri bagi pihak asing untuk menguasainya demi kepentingan mereka sehingga akan menjadi garapan pihak asing dengan pola-pola perang modern.

2. Posisi Geopolitik dan Geostrategis

Sebagian besar teritori eks Republik Federal Yugoslavia (RFY) terletak di tengah-tengah pertemuan geopolitik kawasan Balkan, fakta tersebut menunjukkan betapa besarnya arti geopolitik yang dikandung oleh eks.negara RFY. Eks.negara RFY terletak di pertengahan jarak pendek antara wilayah Eropa dan Mediteranian, wilayah-wilayah eks.negara RFY merupakan penghubung antara Eropa dengan Asia Timur Dekat dan Timur Jauh serta Mediteranian sehingga merupakan transit dari Euro-Asia. Eks.negara RFY merupakan wilayah penyangga antara dua pengaruh yakni pengaruh eks. Pakta Warsawa dan pengaruh NATO, serta penghubung atau jembatan antara Eropa dan Turki dan negara-negara di wilayah Timur Tengah. Disintegrasi eks Yugoslavia yang menciptakan negara-negara pecahan kecil tidak merubah posisi strategis eks.negara RFY bahkan tidak satupun dari negara pecahan eks Yugoslavia mempunyai posisi strategis sentral seperti eks.negara RFY. Komposisi wilayah Yugoslavia yang terdiri dari daratan, laut, pantai, pegunungan, danau dan sungai-sungai yang merupakan komposisi lengkap, menggambarkan negara eks.Yugoslavia memiliki potensi sumber daya alam yang beraneka ragam dan sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi maupun bagi kepentingan pertahanan dan keamanan.

3. Kepentingan Barat dan sekutunya di kawasan Balkan dan eks.Yugoslavia

a. Arti Kosovo dan Metohya bagi AS dan NATO.

Posisi Kosovo dan Metohya (KOSMET) yang terletak di kawasan Balkan persisnya di tengah-tengah wilayah Republik Federal Yugoslavia (RFY) membuat daerah itu sangat penting bagi setiap pihak yang mempunyai ambisi untuk mengontrol kawasan Balkan. Walaupun letak geografisnya agak kurang sentral (lebih dekat ke laut Adriatik dan laut Algea dibanding ke laut Ion dan laut Hitam) namun letak Kosmet dianggap sebagai titik pertemuan koridor-koridor jalur-jalur utama yang strategis. Posisi KOSMET yang terletak di "Kawasan Tengah" (Central Region) dari semenanjung Balkan yang berada di suatu zona dan dikelilingi oleh garis-garis yang menghubungkan kota-kota di Serbia (Kota Nis), Bulgaria (Kota Sofia), Makedonia (Kota Skopje) dan Kosovo/Serbia (di kota Kosovska-Mitrovica). Sebagai posisi sentral di wilayah Balkan, KOSMET mempunyai arti khusus bagi AS dan NATO dalam rangka pengawasan semenanjung Balkan. Kehadiran pasukan NATO yang dipimpin oleh Amerika di Kosovo- Metohya ( KOSMET ) dengan memasang pasak di tengah-tengah Balkan ( AS telah membangun kompleks militer secara permanen dengan daya tampung 10.000 personil berikut fasilitas dan peralatan tempurnya) , maka AS dan NATO telah menduduki posisi yang sangat strategis karena memiliki "batu loncatan" untuk akses-akses selanjutnya di kawasan Balkan termasuk ke daerah-daerah yang lebih jauh misalnya bagian Utara dan bagian Timur kawasan Balkan, kawasan laut Hitam dan Kaukasus.

Keberhasilan NATO memantapkan posisinya di Kosovo, merupakan tambahan terhadap posisi-posisi yang sudah didapatkan di Albania, Makedonia dan Bosnia Herzegovina. Penerobosan teritorial dalam struktur Eropa telah terpenuhi ditandai dengan relokasi-relokasi pasukan-pasukan NATO secara mulus dari Eropa Barat ke bagian Eropa Timur dan Tenggara. Demikian pula telah tercipta kontrol atas semua komunikasi penting pada koridor-koridor geostrategis di jembatan Euro-Asia menuju sumber-sumber minyak baik yang lama dan baru. Lebih jauh kemungkinan ambisi Rusia untuk mengkontrol kawasan Balkan dan Laut Tengah menjadi rancu untuk jangka pendek dan panjang mengingat posisi strategis yang sudah diduduki dan dikuasai oleh AS dan sekutunya NATO. Dengan memanfaatkan faktor Islam di kawasan Balkan khusunya di Kosovo-Serbia, AS dan NATO telah berhasil menciptakan kesan seakan-akan berkiblat pada geopolitik pro-Islam di Balkan dan di sisi lain berhasil pula meredam kelompok Muslim radikal yang anti Amerika.

b. Arti Negara Eks Yugoslavia bagi Koalisi AS.

Setelah Jerman bersatu, nampak ambisi Jerman yang semula hanya raksasa ekonomi ingin menjadi raksasa politik dan militer (mengubah UUD yang melarang pasukan Jerman turut mengadakan kegiatan internasional). Naluri menaklukan dan naluri menjajah Jerman yang pernah dilakukan terhadap negara-negara koloninya pada masa lalu ingin meluaskan sayapnya ke Balkan yang selama ini tidak pernah berhasil dikuasainya semenjak PD-I dan PD-II. Kawasan Balkan sangat penting artinya bagi Jerman terutama untuk pelemparan hasil-hasil produksi industri Jerman, untuk mendapatkan sumber bahan baku, akses untuk pelabuhan laut panas, maupun kemungkinan pelemparan sampah-sampah nuklir yang semakin menjadi problem akhir-akhir ini serta jalur menuju ke negara-negara sumber minyak di laut Tengah. Hal itu tampak ketika Jerman sangat dominan mensponsori pengakuan internasional terhadap kemerdekaan negara-negara pecahan eks.Yugoslavia.

Kepentingan negara-negara Barat lainnya yang mendukung disintegrasi eks.Yugoslavia adalah untuk menghentikan laju produk-produk industri militer eks.Yugoslavia yang mengancam produk-produk industri militer negara-negara Barat ( konon pada periode tersebut industri militer eks.Yugoslavia termasuk nomor 10 besar di dunia). Produk industri militer eks Yugoslavia memang secara kualitas dan harga yang relatif kompetitip memiliki keunggulan tertentu dibanding produk-produk negara-negara Barat lainnya, karena memiliki teknologi standar NATO dan Eks Pakta Warsawa. Kepentingan militer lainnya negara-negara Barat terhadap konflik yang terjadi di negara eks Yugoslavia adalah merupakan momentum yang strategis dalam rangka mengurangi stock arsenal mereka yang menumpuk sekaligus juga untuk uji coba senjata-senjata dan perlengkapan militer lainnya sesuai dengan temuan barunya.

Dengan berakhirnya era perang dingin dan bubarnya Pakta Warsawa maka organisasi NATO yang selama ini digunakan sebagai kekuatan politik dan militer untuk menghadapi Pakta Warsawa mulai digugat dan dipertanyakan terutama kehadirannya di wilayah Eropa. Oleh sebab itu untuk tetap dapat eksis di kawasan Eropa maka organisasi NATO Cq AS harus mencari wilayah konflik baru dalam rangka proyeksi pengerahan kekuatan NATO dengan alasan yang dicari-cari yaitu melindungi negara yang terancam dari agresi negara tetangga. Oleh sebab itu konflik yang terjadi dan diikuti pertikaian bersenjata baik di wilayah eks. Yugoslavia dan eks. RFY merupakan momentum yang strategis untuk menghadirkan kekuatan NATO di kawasan secara mulus.

c. Arti krisis eks.Yugoslavia bagi organisasi internasional dan NGO lainnya.

Pengerahan pasukan PBB di wilayah eks.Yugoslavia merupakan pengerahan yang terbesar dan terlama sepanjang sejarah penugasan PBB dalam misi internasionalnya guna menjaga dan memelihara perdamaian dunia. Situasi ini tentu merupakan momentum yang sangat baik bagi kegiatan PBB untuk kepentingannya terutama untuk mendapatkan bantuan dana dari masyarakat internasional. Tidak ketinggalan pula bagi NGO-NGO, krisis yang terjadi di wilayah eks.Yugoslavia merupakan ladang yang subur untuk berkiprah sesuai kepentingannya baik dalam rangka kepentingan kemanusiaan ataupun yang lainnya sesuai misi dari NGO yang bersangkutan. Akan tetapi tidak sedikit dari NGO tersebut justru banyak yang memperkeruh situasi dibanding membantu penyelesaian masalah yang terjadi. Misalnya lewat NGO terjadi penyeludupan senjata atau personel NGO merangkap jadi agen intelijen pihak-pihak tertentu di wilayah eks Yugoslavia.

4. Strategi Barat dan sekutunya di eks.negara Yugoslavia.

a. Pembusukan lewat Ideologi.
Hancurnya ideologi komunisme di Eropa ditandai dengan bubarnya Uni Soviet dan perubahan sistem komunis ke arah sistem demokrasi ala Barat ikut pula melanda negara eks Yugoslavia. Situasi ini telah dimanfaatkan oleh pihak Barat dengan alasan penegakan demokrasi untuk memprovokasi Republik-Republik Bagian mengatur diri sendiri dengan perkataan lain desentralisasi kekuasan tingkat pusat dan sentralisasi kekuasaan di tingkat daerah. Dengan adanya kekuasaan yang dilimpahkan secara luas ke daerah tersebut berakibat fatal, yang mana gerakan daerah-daerah untuk memisahkan diri semakin kuat, sementara pemerintah pusat tidak mampu dan berkuasa untuk mempersatukannya. Semua propaganda kebanyakan dilakukan lewat media masa baik elektronik dan cetak yang sangat efektif dalam membentuk opini internasional. Kelanjutannya proses disintegrasi pun berjalan lancar dengan hak-hak yang segera diakui oleh pihak Barat.

b. Pembusukan lewat politik.
Rasa ketidak adilan antara satu daerah dengan daerah lainnya ataupun antara pusat dan daerah terus dikembangkan ke arah kecemburuan sosial yang mengarah kepada nasionalisme sempit melalui propaganda besar-besaran. Proses demokratisasi yang melahirkan multi partai mempunyai pengaruh yang sangat besar bukan hanya terhadap hubungan antar republik yang telah berdisintegrasi melainkan juga terhadap hubungan antar individu dalam rangka satu wilayah (Republik) karena wawasan politik yang berbeda-beda. Hal ini telah mempengaruhi pula kepada solidaritas sosial karena masyarakat telah terbagi-bagi oleh kepentingan lokalisme/sukuisme maupun ideologi partai. Setelah partai-partai demokrasi menang mereka segera membentuk pemerintahan yang independen dan didukung dengan pembentukan tentara-tentara republik.

c. Pembusukan lewat ekonomi.
Dengan mengangkat issu ketidak adilan antara pembagian pendapat pusat dan daerah telah mendorong pemerintah Republik-Republik Bagian untuk mengelola segala kekayaan daerah dengan alasan akan lebih mensejahterakan rakyat ketimbang ditangani oleh pemerintah pusat. Kekacauan kehidupan politik dan merosotnya kehidupan ekonomi telah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pihak Barat untuk menawarkan dan menjanjikan bantuan -bantuan ekonomi dengan syarat-syarat yang sangat mengikat. Untuk diketahui bahwa hubungan perdagangan di eks. negara Yugoslavia, sebagian besar berasal dari hasil kegiatan perdagangan antar mereka. Namun setelah terjadi perpecahan, Republik-Republik Bagian meninggalkan sistem moneter Yugoslavia, menutup kegiatan-kegiatan perdagangan antar republik sehingga perekonomian Yugoslavia menjadi tambah parah. Keadaan yang demikian masih mendapat tekanan dari dunia internasional dan pihak Barat dengan dikenakannya sanksi ekonomi internasional secara total khususnya terhadap eks.RFY sehingga keadaan ekonomi dan sosial semakin buruk.

d. Pembusukan lewat sosial budaya.
Perasaan kesukuan semenjak berkuasanya komunisme di Yugoslavia sebenarnya telah terasa. Adanya perbedaan agama, latar belakang sejarah dan aspirasi politik yang berbeda-beda telah dikemas secara baik oleh pihak Barat untuk membentuk sel-sel perlawanan serta adu domba untuk menimbulkan perpecahan di Yugoslavia. Perbedaan agama pun mulai menajam yang terbawa oleh rasa kesukuan masing-masing. Komposisi agama dalam penduduk Yugoslavia adalah mayoritas beragama Kristen Orthodox ( Etnis Serbia), Katholik ( Etnis Kroasia ) dan Islam ( Etnis Muslim Bosnia ). Masalah agama ini mulai dibenturkan dengan masalah suku sehingga menyulut perang saudara. Issu yang diangkat sangat efektif untuk membentuk opini dengan propaganda-propaganda bahkan dengan rekayasa intelijen seolah-olah telah terjadi pembantaian etnik Muslim sehingga dengan cepat menarik perhatian dan simpati dunia terutama dari negara-negara Arab.

Selain itu juga dihembuskan tentang pembelaan HAM terutama terhadap kaum yang tertindas seperti etnis Muslim yang di ekspos sebagai korban kejahatan perang sehingga banyak pimpinan pemerintah dan militer didakwa sebagai penjahat perang yang harus diadili di Pengadilan Internasional Kejahatan Perang (ICTY) di Den Haag Belanda. Dengan mengangkat issu sebagai penjahat perang yang didakwakan terhadap para pemimpin eks Republik Yugoslavia telah mengakibatkan negara-negara Barat menjatuhkan sanksi politik, ekonomi dan militer kepada RFY. Bahkan sampai saat ini salah satu persyaratan normalisasi untuk pemberian bantuan ekonomi kepada negara-negara pecahan eks.Yugoslavia adalah harus melakukan kerjasama dengan ICTY Den Haag dengan hasil yang maksimal, artinya para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat kejahatan perang dan kemanusiaan di eks.Yugoslavia dan Kosovo harus diseret ke ICTY Den Haag.

e. Pembusukan lewat Aspek Hankam.
Dengan alasan untuk membela dan mempertahankan kedaulatan masing-masing republik dari kekuasaan pusat telah menimbulkan perang saudara. Pihak Barat dengan jalur-jalur tidak resmi ikut membantu melatih ( melalui tentara-tentara bayaran ) dan mempersenjatai pasukan-pasukan teritorial negara-negara Republik Bagian. Akibatnya perang yang berkecamuk di eks Yugoslavia telah menjadi ajang pembuangan senjata-senjata dan amunisi serta peralatan militer pihak Barat yang seharusnya dihancurkan dengan biaya yang sangat mahal namun sebaliknya mendapat keuntungan besar. Ajang peperangan di eks Yugoslavia juga menjadi bisnis senjata bagi produk-produk negara Barat serta tempat uji coba bagi penemuan senjata-senjata dan perlengkapan militer Barat secara tidak langsung maupun langsung. Issu yang dikembangkan oleh Barat Cq. AS untuk mencegah bencana kemanusiaan di Kosovo-Serbia telah mengakibatkan serangan udara NATO terhadap wilayah Yugoslavia tanpa persetujuan atau mandat dari PBB.

Disini terlihat pihak Barat dan sekutunya telah memaksakan kehendaknya dengan tekanan kekuatan militer untuk menundukkan penguasa negara eks.RFY yang berusaha menumpas separatis etnis Albania di Kosovo sehubungan dengan gerakannya untuk memisahkan diri dari Republik Bagian Serbia dan selanjutnya akan bergabung dengan Republik Albania. AS dan NATO melancarkan serangan udara yang dikenal dengan sebutan" Humanitarian Intervention Guardian Angel " selama 91 hari dengan tujuan menghentikan bencana kemanusiaan dan justru sebaliknya menimbulkan bencana kemanusiaan dan lingkungan hidup yang lebih parah. Sekedar tambahan informasi selama periode serangan tersebut NATO menjatuhkan sebanyak kurang lebih 40.000 buah missil yang diantaranya mengandung isian depleted uranium (menurut sumber informasi Tentara Yugoslavia ).

Tidak ada pembelaan HAM atau protes terhadap korban-korban yang ditimbulkan maupun terhadap kerusakan lingkungan hidup dari organisasi pembela HAM maupun Lingkungan Hidup walaupun serangan udara tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip fundamental hubungan internasional, hukum internasional, kedaulatan suatu negara dan hak azasi manusia. Kejadian tersebut diatas sangat kontradiktif dengan sikap negara Amerika yang selalu menyatakan sebagai negara penegak demokrasi, pembela HAM dan Lingkungan Hidup. Pendek kata negara yang sudah menjadi target untuk dieliminir oleh negara adi kuasa tidak ada toleransi meskipun itu mengorbankan penduduk sipil yang tidak berdosa demi kepentingan nasionalnya. Orientasi negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS adalah jelas yaitu sikap menunjukkan sebagai negara terkuat dan tampil sebagai pemimpin dunia, disamping itu ingin mengeksploitasi sumber daya alam yang kaya untuk kepentingan kelangsungan industri negara kolonialis dan imperialis tersebut.

5. Kesamaan permasalahan di Indonesia.
Permasalahan yang terjadi di eks Yugoslavia memiliki beberapa persamaan dengan kondisi yang terjadi di Indonesia baik di dalam sistem pemerintahan, pengelolaan sistem politik, ekonomi, kultur budaya dan sistem pertahanan. Proses demokrasi yang terjadi di eks.negara Yugoslavia telah lepas kontrol dalam arti desentralisasi kekuasaan ke daerah terlalu luas. Saat ini di Indonesia sedang berlangsung proses reformasi dan kebijaksanaan otonomi daerah yang tampaknya belum siap untuk diberlakukan secara serentak di seluruh Indonesia. Kebangkrutan ekonomi eks.Yugoslavia dan eks.RFY akibat pertikaian politik dan perang saudara yang berlarut telah mengakibatkan negara tersebut jatuh ke jurang kemiskinan. Indonesia saat ini masih belum sepenuhnya keluar dari krisis ekonomi akibat dari krisis multi dimensi sehingga sangat rawan terhadap pemeliharaan stabilitas politik dan keamanan. Masalah SARA di eks Yugoslavia telah menjadi pemicu perpecahan dalam negeri yang mengakibatkan tercerai berainya negara tersebut.

Sementara itu masalah SARA di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah rawan yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan konflik sehingga perlu dijaga, diamankan dan dilindungi dari kemungkinan penyalahgunaan untuk kepentingan kelompok ataupun tujuan tertentu. Adanya ketidak adilan tentang kemajuan dan kesejahteraan di eks.negara Yugoslavia merupakan sumber perpecahan negara tersebut sementara di Indonesia masih terdapat pembagian tata ruang yang menimbulkan ketimpangan dan kesejahteraan yang mana hal tersebut dapat menimbulkan kerawanan bagi kesatuan dan persatuan bangsa.

Demikian pula halnya masalah gerakan separatisme di eks Yugoslavia telah mendorong negara tersebut menjadi terpecah-pecah akibat nasionalisme kedaerahan sempit yang mendapat dukungan faktor internasional. Saat ini masalah gerakan separatisme di Indonesia seperti di Aceh, Maluku dan Papua masih belum tuntas diatasi sehingga tetap menimbulkan kerawanan bagi kesatuan dan persatuan bangsa. Semua sumber-sumber permasalahan tersebut diatas merupakan lahan yang empuk untuk garapan Konsep Perang Modern saat ini.

6. Kepentingan negara Barat di wilayah Indonesia.

Ada beberapa alasan bagi negara-negara Barat untuk hadir secara permanen di wilayah Indonesia, diantaranya adalah letak geografis yang strategis dan kekayaan sumber daya alam yang kaya dan melimpah ruah yang tidak pernah habis merupakan daya tarik tersendiri bagi pihak asing untuk menguasainya demi kepentingan politik, ekonomi dan kepentingan militernya.
Dengan dalih memerangi terorisme untuk keamanan nasionalnya dan kepentingan dunia internasional kemungkinan akan berusaha mengkontrol dan intervensi ke- wilayah Indonesia baik melalui mandat atau tanpa seijin PBB untuk hadir memerangi terorisme yang diduga terdapat di wilayah Indonesia walaupun tanpa bukti-bukti yang kuat. Alasan lainnya adalah untuk membela HAM dan penegakan demokrasi sesuai ala Barat serta menjaga pelestarian lingkungan hidup.

Oleh sebab itu terhadap gelagat pihak Barat diatas kita senantiasa harus waspada dan jangan lengah terhadap gerakan-gerakan konsep perang modern dengan memanfaatkan permasalahan-permasalahan yang belum selesai di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu tidak ada jalan lain maka anak-anak bangsa harus terus membangun rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan sehingga akan menutup upaya-upaya neo kolonialisme dan imperialisme pihak Barat dan negara-negara "agresor" untuk memaksakan kepentingannya di negara kita yang kita cintai ini.



7. Penutup.

Pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil khidmatnya dari kejadian disintegrasi Negara eks.Yugoslavia antara lain:

a. Faktor pemersatu bangsa diantaranya yaitu pemimpin negara yang kuat, pemerintahan yang stabil, adanya kesamaan ideologi serta Tentara Nasional yang kuat dan disegani semua pihak merupakan hal yang mutlak perlu dijaga agar kepentingan nasional tidak terganggu.

b. Agenda Reformasi harus terkendali, demikian pula proses demokrasi tidak boleh dilepas tanpa kontrol, dalam arti desentralisasi kekuasaan di daerah harus tetap memegang teguh hirarkhis kekuasaan pada tingkat pusat.

c. Masalah Suku, Agama, Ras dan antar golongan ternyata merupakan masalah rawan terhadap konflik sehingga perlu tetap dijaga dari kemungkinan penyalahgunaan bagi kepentingan-kepentingan politik tertentu.

d. Perlu peninjauan kembali adanya tata ruang wilayah Indonesia agar tidak menimbulkan suatu ketimpangan dalam hal kesejahteraan yang dapat digunakan untuk mengganggu stabilitas dan persatuan nasional. Demikian pula pertumbuhan ekonomi harus segera ditingkatkan terutama untuk kepentingan masyarakat luas seperti pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

e. Senantiasa waspada dan hati-hati terhadap campur tangan pihak asing dengan motivasi untuk membantu penyelesaian permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelibatan pihak luar baik melalui perantaraan PBB maupun negara ketiga atau organisasi-organisasi internasional lainnya ternyata seringkali justru memperburuk situasi, jauh dari yang diharapkan.

f. Propaganda-propaganda yang menjelek-jelekkan aspek kehidupan berbangsa dan bernegara kiranya perlu mendapat perhatian serius dan di counter secara komprehensif baik dengan tindakan dan perbuatan seluruh lapisan masyarakat.

Demikianlah tulisan ini dibuat dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi para pembaca dalam rangka menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.

* Penulis adalah Mantan Athan RI di Beograd-Serbia Montenegro TA 2000 s/d 2003, sekarang Aslitbang Satinduk Bais TNI.
Share this article :
 
Support : Hartantto Website
Copyright © 2012. Selusin Corp - All Rights Reserved
Published by Hartanto
Proudly powered by Blogger