Pasukan NATO |
BALKANISASI
KORBAN
PERANG MODERN, AKANKAH MENIMPA NKRI ?
Oleh : Kol.Chb.Drs.T.Samuel L.Toruan,MM *
PERANG MODERN, AKANKAH MENIMPA NKRI ?
Oleh : Kol.Chb.Drs.T.Samuel L.Toruan,MM *
1. Pendahuluan
Kawasan Balkan baik secara geopolitik
dan geostrategis memiliki posisi penting di Eropa dan dunia internasional.
Secara umum kawasan Balkan dan secara khusus negara eks Yugoslavia saat ini
menjadi pusat perhatian dunia internasional menyusul dengan apa yang kita kenal
BALKANISASI. BALKANISASI adalah perpecahan negara eks Yugoslavia ( Republik
Federal Sosialis Yugoslavia yang terdiri dari Republik-Republik Bagian Serbia,
Kroasia, Slovenia, Bosnia Herzegovina , Makedonia dan Montenegro) menjadi
negara-negara kecil baru yaitu Republik Federal Yugoslavia terdiri dari
Rep.Serbia dan Rep.Montenegro (RFY), Republik Kroasia, Republik Slovenia, Republik
Makedonia dan Konfederasi Bosnia Herzegovina. Selanjutnya Republik Federal
Yugoslavia berubah menjadi Uni Serbia dan Montenegro. Pembentukan negara-negara
baru tersebut bukan melalui suatu proses alamiah dan berlangsung secara damai,
akan tetapi melalui pertikaian akibat lunturnya nasionalisme dan wawasan
kebangsaan rakyat yang diikuti konflik bersenjata.
Hingga saat ini negera-negara pecahan
eks.Yugoslavia walaupun telah merdeka tetapi mereka masih tergantung dengan
negara-negara Barat baik secara politik, ekonomi dan militer, misalnya
pemberian bantuan ekonomi, keberadaan pasukan NATO masih tetap tinggal di
Bosnia Herzegovina untuk melindungi negara tersebut dari pertikaian bersenjata.
Timbulnya nasionalisme kedaerahan yang sempit tersebut ternyata tidak terlepas
dari provokasi negara-negara luar yang memiliki agenda kepentingan di kawasan
negara eks.Yugoslavia dengan mengadu domba dan menimbulkan perpecahan melalui
issu global seperti demokratisasi, HAM dan lingkungan hidup. Selain politik adu
domba yang dikembangkan oleh negara adidaya dan sekutunya juga mengangkat issu
agama, suku dan etnik dengan memanfaatkan media massa untuk melakukan
propaganda yang sebenarnya merupakan Konsep Perang Modern saat ini ( Konsep
Perang Modern, oleh Jendral TNI Ryamizard Ryacudu).
Situasi yang terjadi di kawasan Balkan
patut menjadi pelajaran bagi kita serta menuntut kita untuk selalu waspada dan
tidak boleh lengah mengingat situasi dan kondisi di NKRI memiliki beberapa
kesamaan dengan negara eks.Yugoslavia di berbagai aspek kehidupan. Letak
geografis dan sumber kekayaan alam Indonesia yang melimpah dari dulu merupakan
daya tarik tersendiri bagi pihak asing untuk menguasainya demi kepentingan
mereka sehingga akan menjadi garapan pihak asing dengan pola-pola perang modern.
2. Posisi Geopolitik dan
Geostrategis
Sebagian besar teritori eks Republik
Federal Yugoslavia (RFY) terletak di tengah-tengah pertemuan geopolitik kawasan
Balkan, fakta tersebut menunjukkan betapa besarnya arti geopolitik yang
dikandung oleh eks.negara RFY. Eks.negara RFY terletak di pertengahan jarak
pendek antara wilayah Eropa dan Mediteranian, wilayah-wilayah eks.negara RFY
merupakan penghubung antara Eropa dengan Asia Timur Dekat dan Timur Jauh serta
Mediteranian sehingga merupakan transit dari Euro-Asia. Eks.negara RFY
merupakan wilayah penyangga antara dua pengaruh yakni pengaruh eks. Pakta
Warsawa dan pengaruh NATO, serta penghubung atau jembatan antara Eropa dan
Turki dan negara-negara di wilayah Timur Tengah. Disintegrasi eks Yugoslavia yang
menciptakan negara-negara pecahan kecil tidak merubah posisi strategis
eks.negara RFY bahkan tidak satupun dari negara pecahan eks Yugoslavia
mempunyai posisi strategis sentral seperti eks.negara RFY. Komposisi wilayah
Yugoslavia yang terdiri dari daratan, laut, pantai, pegunungan, danau dan
sungai-sungai yang merupakan komposisi lengkap, menggambarkan negara
eks.Yugoslavia memiliki potensi sumber daya alam yang beraneka ragam dan sangat
diperlukan dalam pembangunan ekonomi maupun bagi kepentingan pertahanan dan
keamanan.
3. Kepentingan Barat dan
sekutunya di kawasan Balkan dan eks.Yugoslavia
a.
Arti Kosovo dan Metohya bagi AS dan NATO.
Posisi Kosovo dan Metohya
(KOSMET) yang terletak di kawasan Balkan persisnya di tengah-tengah wilayah
Republik Federal Yugoslavia (RFY) membuat daerah itu sangat penting bagi setiap
pihak yang mempunyai ambisi untuk mengontrol kawasan Balkan. Walaupun letak
geografisnya agak kurang sentral (lebih dekat ke laut Adriatik dan laut Algea
dibanding ke laut Ion dan laut Hitam) namun letak Kosmet dianggap sebagai titik
pertemuan koridor-koridor jalur-jalur utama yang strategis. Posisi KOSMET yang
terletak di "Kawasan Tengah" (Central Region) dari semenanjung Balkan
yang berada di suatu zona dan dikelilingi oleh garis-garis yang menghubungkan
kota-kota di Serbia (Kota Nis), Bulgaria (Kota Sofia), Makedonia (Kota Skopje)
dan Kosovo/Serbia (di kota Kosovska-Mitrovica). Sebagai posisi sentral di
wilayah Balkan, KOSMET mempunyai arti khusus bagi AS dan NATO dalam rangka
pengawasan semenanjung Balkan. Kehadiran pasukan NATO yang dipimpin oleh
Amerika di Kosovo- Metohya ( KOSMET ) dengan memasang pasak di tengah-tengah
Balkan ( AS telah membangun kompleks militer secara permanen dengan daya
tampung 10.000 personil berikut fasilitas dan peralatan tempurnya) , maka AS
dan NATO telah menduduki posisi yang sangat strategis karena memiliki
"batu loncatan" untuk akses-akses selanjutnya di kawasan Balkan
termasuk ke daerah-daerah yang lebih jauh misalnya bagian Utara dan bagian
Timur kawasan Balkan, kawasan laut Hitam dan Kaukasus.
Keberhasilan NATO
memantapkan posisinya di Kosovo, merupakan tambahan terhadap posisi-posisi yang
sudah didapatkan di Albania, Makedonia dan Bosnia Herzegovina. Penerobosan
teritorial dalam struktur Eropa telah terpenuhi ditandai dengan
relokasi-relokasi pasukan-pasukan NATO secara mulus dari Eropa Barat ke bagian
Eropa Timur dan Tenggara. Demikian pula telah tercipta kontrol atas semua
komunikasi penting pada koridor-koridor geostrategis di jembatan Euro-Asia
menuju sumber-sumber minyak baik yang lama dan baru. Lebih jauh kemungkinan
ambisi Rusia untuk mengkontrol kawasan Balkan dan Laut Tengah menjadi rancu
untuk jangka pendek dan panjang mengingat posisi strategis yang sudah diduduki
dan dikuasai oleh AS dan sekutunya NATO. Dengan memanfaatkan faktor Islam di
kawasan Balkan khusunya di Kosovo-Serbia, AS dan NATO telah berhasil
menciptakan kesan seakan-akan berkiblat pada geopolitik pro-Islam di Balkan dan
di sisi lain berhasil pula meredam kelompok Muslim radikal yang anti Amerika.
b.
Arti Negara Eks Yugoslavia bagi Koalisi AS.
Setelah Jerman bersatu,
nampak ambisi Jerman yang semula hanya raksasa ekonomi ingin menjadi raksasa
politik dan militer (mengubah UUD yang melarang pasukan Jerman turut mengadakan
kegiatan internasional). Naluri menaklukan dan naluri menjajah Jerman yang
pernah dilakukan terhadap negara-negara koloninya pada masa lalu ingin
meluaskan sayapnya ke Balkan yang selama ini tidak pernah berhasil dikuasainya
semenjak PD-I dan PD-II. Kawasan Balkan sangat penting artinya bagi Jerman
terutama untuk pelemparan hasil-hasil produksi industri Jerman, untuk
mendapatkan sumber bahan baku, akses untuk pelabuhan laut panas, maupun
kemungkinan pelemparan sampah-sampah nuklir yang semakin menjadi problem
akhir-akhir ini serta jalur menuju ke negara-negara sumber minyak di laut
Tengah. Hal itu tampak ketika Jerman sangat dominan mensponsori pengakuan
internasional terhadap kemerdekaan negara-negara pecahan eks.Yugoslavia.
Kepentingan negara-negara
Barat lainnya yang mendukung disintegrasi eks.Yugoslavia adalah untuk
menghentikan laju produk-produk industri militer eks.Yugoslavia yang mengancam
produk-produk industri militer negara-negara Barat ( konon pada periode
tersebut industri militer eks.Yugoslavia termasuk nomor 10 besar di dunia).
Produk industri militer eks Yugoslavia memang secara kualitas dan harga yang
relatif kompetitip memiliki keunggulan tertentu dibanding produk-produk
negara-negara Barat lainnya, karena memiliki teknologi standar NATO dan Eks
Pakta Warsawa. Kepentingan militer lainnya negara-negara Barat terhadap konflik
yang terjadi di negara eks Yugoslavia adalah merupakan momentum yang strategis
dalam rangka mengurangi stock arsenal mereka yang menumpuk sekaligus juga untuk
uji coba senjata-senjata dan perlengkapan militer lainnya sesuai dengan temuan
barunya.
Dengan berakhirnya era
perang dingin dan bubarnya Pakta Warsawa maka organisasi NATO yang selama ini
digunakan sebagai kekuatan politik dan militer untuk menghadapi Pakta Warsawa
mulai digugat dan dipertanyakan terutama kehadirannya di wilayah Eropa. Oleh
sebab itu untuk tetap dapat eksis di kawasan Eropa maka organisasi NATO Cq AS
harus mencari wilayah konflik baru dalam rangka proyeksi pengerahan kekuatan
NATO dengan alasan yang dicari-cari yaitu melindungi negara yang terancam dari
agresi negara tetangga. Oleh sebab itu konflik yang terjadi dan diikuti
pertikaian bersenjata baik di wilayah eks. Yugoslavia dan eks. RFY merupakan
momentum yang strategis untuk menghadirkan kekuatan NATO di kawasan secara
mulus.
c.
Arti krisis eks.Yugoslavia bagi organisasi internasional dan NGO lainnya.
Pengerahan pasukan PBB di
wilayah eks.Yugoslavia merupakan pengerahan yang terbesar dan terlama sepanjang
sejarah penugasan PBB dalam misi internasionalnya guna menjaga dan memelihara
perdamaian dunia. Situasi ini tentu merupakan momentum yang sangat baik bagi
kegiatan PBB untuk kepentingannya terutama untuk mendapatkan bantuan dana dari
masyarakat internasional. Tidak ketinggalan pula bagi NGO-NGO, krisis yang terjadi
di wilayah eks.Yugoslavia merupakan ladang yang subur untuk berkiprah sesuai
kepentingannya baik dalam rangka kepentingan kemanusiaan ataupun yang lainnya
sesuai misi dari NGO yang bersangkutan. Akan tetapi tidak sedikit dari NGO
tersebut justru banyak yang memperkeruh situasi dibanding membantu penyelesaian
masalah yang terjadi. Misalnya lewat NGO terjadi penyeludupan senjata atau
personel NGO merangkap jadi agen intelijen pihak-pihak tertentu di wilayah eks
Yugoslavia.
4. Strategi Barat dan
sekutunya di eks.negara Yugoslavia.
a.
Pembusukan lewat Ideologi.
Hancurnya ideologi
komunisme di Eropa ditandai dengan bubarnya Uni Soviet dan perubahan sistem
komunis ke arah sistem demokrasi ala Barat ikut pula melanda negara eks
Yugoslavia. Situasi ini telah dimanfaatkan oleh pihak Barat dengan alasan
penegakan demokrasi untuk memprovokasi Republik-Republik Bagian mengatur diri
sendiri dengan perkataan lain desentralisasi kekuasan tingkat pusat dan
sentralisasi kekuasaan di tingkat daerah. Dengan adanya kekuasaan yang
dilimpahkan secara luas ke daerah tersebut berakibat fatal, yang mana gerakan
daerah-daerah untuk memisahkan diri semakin kuat, sementara pemerintah pusat
tidak mampu dan berkuasa untuk mempersatukannya. Semua propaganda kebanyakan
dilakukan lewat media masa baik elektronik dan cetak yang sangat efektif dalam
membentuk opini internasional. Kelanjutannya proses disintegrasi pun berjalan
lancar dengan hak-hak yang segera diakui oleh pihak Barat.
b.
Pembusukan lewat politik.
Rasa ketidak adilan
antara satu daerah dengan daerah lainnya ataupun antara pusat dan daerah terus
dikembangkan ke arah kecemburuan sosial yang mengarah kepada nasionalisme
sempit melalui propaganda besar-besaran. Proses demokratisasi yang melahirkan
multi partai mempunyai pengaruh yang sangat besar bukan hanya terhadap hubungan
antar republik yang telah berdisintegrasi melainkan juga terhadap hubungan
antar individu dalam rangka satu wilayah (Republik) karena wawasan politik yang
berbeda-beda. Hal ini telah mempengaruhi pula kepada solidaritas sosial karena
masyarakat telah terbagi-bagi oleh kepentingan lokalisme/sukuisme maupun
ideologi partai. Setelah partai-partai demokrasi menang mereka segera membentuk
pemerintahan yang independen dan didukung dengan pembentukan tentara-tentara
republik.
c.
Pembusukan lewat ekonomi.
Dengan mengangkat issu
ketidak adilan antara pembagian pendapat pusat dan daerah telah mendorong
pemerintah Republik-Republik Bagian untuk mengelola segala kekayaan daerah
dengan alasan akan lebih mensejahterakan rakyat ketimbang ditangani oleh
pemerintah pusat. Kekacauan kehidupan politik dan merosotnya kehidupan ekonomi
telah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pihak Barat untuk menawarkan dan
menjanjikan bantuan -bantuan ekonomi dengan syarat-syarat yang sangat mengikat.
Untuk diketahui bahwa hubungan perdagangan di eks. negara Yugoslavia, sebagian
besar berasal dari hasil kegiatan perdagangan antar mereka. Namun setelah
terjadi perpecahan, Republik-Republik Bagian meninggalkan sistem moneter
Yugoslavia, menutup kegiatan-kegiatan perdagangan antar republik sehingga
perekonomian Yugoslavia menjadi tambah parah. Keadaan yang demikian masih
mendapat tekanan dari dunia internasional dan pihak Barat dengan dikenakannya
sanksi ekonomi internasional secara total khususnya terhadap eks.RFY sehingga
keadaan ekonomi dan sosial semakin buruk.
d.
Pembusukan lewat sosial budaya.
Perasaan kesukuan
semenjak berkuasanya komunisme di Yugoslavia sebenarnya telah terasa. Adanya
perbedaan agama, latar belakang sejarah dan aspirasi politik yang berbeda-beda
telah dikemas secara baik oleh pihak Barat untuk membentuk sel-sel perlawanan
serta adu domba untuk menimbulkan perpecahan di Yugoslavia. Perbedaan agama pun
mulai menajam yang terbawa oleh rasa kesukuan masing-masing. Komposisi agama
dalam penduduk Yugoslavia adalah mayoritas beragama Kristen Orthodox ( Etnis
Serbia), Katholik ( Etnis Kroasia ) dan Islam ( Etnis Muslim Bosnia ). Masalah
agama ini mulai dibenturkan dengan masalah suku sehingga menyulut perang
saudara. Issu yang diangkat sangat efektif untuk membentuk opini dengan
propaganda-propaganda bahkan dengan rekayasa intelijen seolah-olah telah
terjadi pembantaian etnik Muslim sehingga dengan cepat menarik perhatian dan
simpati dunia terutama dari negara-negara Arab.
Selain itu juga
dihembuskan tentang pembelaan HAM terutama terhadap kaum yang tertindas seperti
etnis Muslim yang di ekspos sebagai korban kejahatan perang sehingga banyak
pimpinan pemerintah dan militer didakwa sebagai penjahat perang yang harus
diadili di Pengadilan Internasional Kejahatan Perang (ICTY) di Den Haag
Belanda. Dengan mengangkat issu sebagai penjahat perang yang didakwakan
terhadap para pemimpin eks Republik Yugoslavia telah mengakibatkan
negara-negara Barat menjatuhkan sanksi politik, ekonomi dan militer kepada RFY.
Bahkan sampai saat ini salah satu persyaratan normalisasi untuk pemberian
bantuan ekonomi kepada negara-negara pecahan eks.Yugoslavia adalah harus
melakukan kerjasama dengan ICTY Den Haag dengan hasil yang maksimal, artinya
para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat kejahatan perang dan
kemanusiaan di eks.Yugoslavia dan Kosovo harus diseret ke ICTY Den Haag.
e.
Pembusukan lewat Aspek Hankam.
Dengan alasan untuk
membela dan mempertahankan kedaulatan masing-masing republik dari kekuasaan
pusat telah menimbulkan perang saudara. Pihak Barat dengan jalur-jalur tidak
resmi ikut membantu melatih ( melalui tentara-tentara bayaran ) dan
mempersenjatai pasukan-pasukan teritorial negara-negara Republik Bagian.
Akibatnya perang yang berkecamuk di eks Yugoslavia telah menjadi ajang
pembuangan senjata-senjata dan amunisi serta peralatan militer pihak Barat yang
seharusnya dihancurkan dengan biaya yang sangat mahal namun sebaliknya mendapat
keuntungan besar. Ajang peperangan di eks Yugoslavia juga menjadi bisnis
senjata bagi produk-produk negara Barat serta tempat uji coba bagi penemuan
senjata-senjata dan perlengkapan militer Barat secara tidak langsung maupun
langsung. Issu yang dikembangkan oleh Barat Cq. AS untuk mencegah bencana kemanusiaan
di Kosovo-Serbia telah mengakibatkan serangan udara NATO terhadap wilayah
Yugoslavia tanpa persetujuan atau mandat dari PBB.
Disini terlihat pihak
Barat dan sekutunya telah memaksakan kehendaknya dengan tekanan kekuatan
militer untuk menundukkan penguasa negara eks.RFY yang berusaha menumpas
separatis etnis Albania di Kosovo sehubungan dengan gerakannya untuk memisahkan
diri dari Republik Bagian Serbia dan selanjutnya akan bergabung dengan Republik
Albania. AS dan NATO melancarkan serangan udara yang dikenal dengan
sebutan" Humanitarian Intervention Guardian Angel " selama 91 hari
dengan tujuan menghentikan bencana kemanusiaan dan justru sebaliknya
menimbulkan bencana kemanusiaan dan lingkungan hidup yang lebih parah. Sekedar
tambahan informasi selama periode serangan tersebut NATO menjatuhkan sebanyak
kurang lebih 40.000 buah missil yang diantaranya mengandung isian depleted
uranium (menurut sumber informasi Tentara Yugoslavia ).
Tidak ada pembelaan HAM
atau protes terhadap korban-korban yang ditimbulkan maupun terhadap kerusakan
lingkungan hidup dari organisasi pembela HAM maupun Lingkungan Hidup walaupun
serangan udara tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip
fundamental hubungan internasional, hukum internasional, kedaulatan suatu
negara dan hak azasi manusia. Kejadian tersebut diatas sangat kontradiktif
dengan sikap negara Amerika yang selalu menyatakan sebagai negara penegak
demokrasi, pembela HAM dan Lingkungan Hidup. Pendek kata negara yang sudah
menjadi target untuk dieliminir oleh negara adi kuasa tidak ada toleransi
meskipun itu mengorbankan penduduk sipil yang tidak berdosa demi kepentingan
nasionalnya. Orientasi negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS adalah jelas
yaitu sikap menunjukkan sebagai negara terkuat dan tampil sebagai pemimpin
dunia, disamping itu ingin mengeksploitasi sumber daya alam yang kaya untuk
kepentingan kelangsungan industri negara kolonialis dan imperialis tersebut.
5. Kesamaan permasalahan
di Indonesia.
Permasalahan yang terjadi di eks
Yugoslavia memiliki beberapa persamaan dengan kondisi yang terjadi di Indonesia
baik di dalam sistem pemerintahan, pengelolaan sistem politik, ekonomi, kultur
budaya dan sistem pertahanan. Proses demokrasi yang terjadi di eks.negara
Yugoslavia telah lepas kontrol dalam arti desentralisasi kekuasaan ke daerah
terlalu luas. Saat ini di Indonesia sedang berlangsung proses reformasi dan
kebijaksanaan otonomi daerah yang tampaknya belum siap untuk diberlakukan
secara serentak di seluruh Indonesia. Kebangkrutan ekonomi eks.Yugoslavia dan
eks.RFY akibat pertikaian politik dan perang saudara yang berlarut telah
mengakibatkan negara tersebut jatuh ke jurang kemiskinan. Indonesia saat ini
masih belum sepenuhnya keluar dari krisis ekonomi akibat dari krisis multi
dimensi sehingga sangat rawan terhadap pemeliharaan stabilitas politik dan
keamanan. Masalah SARA di eks Yugoslavia telah menjadi pemicu perpecahan dalam
negeri yang mengakibatkan tercerai berainya negara tersebut.
Sementara itu masalah SARA di
Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah rawan yang sewaktu-waktu
dapat menimbulkan konflik sehingga perlu dijaga, diamankan dan dilindungi dari
kemungkinan penyalahgunaan untuk kepentingan kelompok ataupun tujuan tertentu.
Adanya ketidak adilan tentang kemajuan dan kesejahteraan di eks.negara
Yugoslavia merupakan sumber perpecahan negara tersebut sementara di Indonesia
masih terdapat pembagian tata ruang yang menimbulkan ketimpangan dan
kesejahteraan yang mana hal tersebut dapat menimbulkan kerawanan bagi kesatuan
dan persatuan bangsa.
Demikian pula halnya masalah gerakan
separatisme di eks Yugoslavia telah mendorong negara tersebut menjadi
terpecah-pecah akibat nasionalisme kedaerahan sempit yang mendapat dukungan
faktor internasional. Saat ini masalah gerakan separatisme di Indonesia seperti
di Aceh, Maluku dan Papua masih belum tuntas diatasi sehingga tetap menimbulkan
kerawanan bagi kesatuan dan persatuan bangsa. Semua sumber-sumber permasalahan
tersebut diatas merupakan lahan yang empuk untuk garapan Konsep Perang Modern
saat ini.
6. Kepentingan negara
Barat di wilayah Indonesia.
Ada beberapa alasan bagi negara-negara
Barat untuk hadir secara permanen di wilayah Indonesia, diantaranya adalah
letak geografis yang strategis dan kekayaan sumber daya alam yang kaya dan
melimpah ruah yang tidak pernah habis merupakan daya tarik tersendiri bagi
pihak asing untuk menguasainya demi kepentingan politik, ekonomi dan
kepentingan militernya.
Dengan
dalih memerangi terorisme untuk keamanan nasionalnya dan kepentingan dunia
internasional kemungkinan akan berusaha mengkontrol dan intervensi ke- wilayah
Indonesia baik melalui mandat atau tanpa seijin PBB untuk hadir memerangi
terorisme yang diduga terdapat di wilayah Indonesia walaupun tanpa bukti-bukti
yang kuat. Alasan lainnya adalah untuk membela HAM dan penegakan demokrasi
sesuai ala Barat serta menjaga pelestarian lingkungan hidup.
Oleh sebab itu terhadap gelagat pihak
Barat diatas kita senantiasa harus waspada dan jangan lengah terhadap
gerakan-gerakan konsep perang modern dengan memanfaatkan
permasalahan-permasalahan yang belum selesai di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Untuk itu tidak ada jalan lain maka anak-anak bangsa harus terus
membangun rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan sehingga akan menutup
upaya-upaya neo kolonialisme dan imperialisme pihak Barat dan negara-negara
"agresor" untuk memaksakan kepentingannya di negara kita yang kita
cintai ini.
7. Penutup.
Pengalaman dan pelajaran yang dapat
diambil khidmatnya dari kejadian disintegrasi Negara eks.Yugoslavia antara
lain:
a. Faktor pemersatu bangsa diantaranya
yaitu pemimpin negara yang kuat, pemerintahan yang stabil, adanya kesamaan
ideologi serta Tentara Nasional yang kuat dan disegani semua pihak merupakan
hal yang mutlak perlu dijaga agar kepentingan nasional tidak terganggu.
b. Agenda Reformasi harus terkendali,
demikian pula proses demokrasi tidak boleh dilepas tanpa kontrol, dalam arti
desentralisasi kekuasaan di daerah harus tetap memegang teguh hirarkhis
kekuasaan pada tingkat pusat.
c. Masalah Suku, Agama, Ras dan antar
golongan ternyata merupakan masalah rawan terhadap konflik sehingga perlu tetap
dijaga dari kemungkinan penyalahgunaan bagi kepentingan-kepentingan politik
tertentu.
d. Perlu peninjauan kembali adanya
tata ruang wilayah Indonesia agar tidak menimbulkan suatu ketimpangan dalam hal
kesejahteraan yang dapat digunakan untuk mengganggu stabilitas dan persatuan
nasional. Demikian pula pertumbuhan ekonomi harus segera ditingkatkan terutama
untuk kepentingan masyarakat luas seperti pengentasan kemiskinan dan
pengangguran.
e. Senantiasa waspada dan hati-hati
terhadap campur tangan pihak asing dengan motivasi untuk membantu penyelesaian
permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelibatan pihak luar baik
melalui perantaraan PBB maupun negara ketiga atau organisasi-organisasi
internasional lainnya ternyata seringkali justru memperburuk situasi, jauh dari
yang diharapkan.
f. Propaganda-propaganda yang menjelek-jelekkan aspek kehidupan berbangsa dan bernegara kiranya perlu mendapat perhatian serius dan di counter secara komprehensif baik dengan tindakan dan perbuatan seluruh lapisan masyarakat.
Demikianlah
tulisan ini dibuat dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi para pembaca dalam
rangka menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia
yang kita cintai ini.
* Penulis adalah
Mantan Athan RI di Beograd-Serbia Montenegro TA 2000 s/d 2003, sekarang
Aslitbang Satinduk Bais TNI.