KRI Clurit produksi dalam negeri |
26 Juli 2012,
Jakarta:Sebab,penguasaan teknologi menjamin adanya persenjataan yang tangguh.
Salah satu aspek penting pengembangan teknologi adalah untuk mendukung
kemampuan pertahanan negara.
Dalam sejarah
peperangan yang pernah terjadi, kemampuan suatu negara dalam menguasai
teknologi sangat berpengaruh pada kemenangan. Sebab, penguasaan teknologi
menjamin adanya persenjataan yang tangguh. Di Indonesia, pembangunan industri
pertahanan telah dimulai sejak diterbitkannya Keputusan Presiden No 59/1983.
Keppres itu membidani lahirnya sejumlah industri pertahanan seperti PT IPTN
(sekarang PT Dirgantara Indonesia/ PT DI) untuk bidang kedirgantaraan, PT PAL
(untuk maritim), PT PINDAD (persenjataan dan amunisi), PT DAHANA (bahan
peledak), PT LEN (elektronika dan komunikasi).
Industri-industri itu
mulai tenggalam setelah dihantam badai krisis pada 1998. Sekarang, pengembangan
kemampuan teknologi dalam mendukung pertahanan kembali digencarkan. Guna mendukung
langkah ini, dibentuklah Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang
dipimpin Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan beranggotakan sejumlah
menteri, termasuk Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta,Panglima TNI
Laksamana TNI Agus Suhartono, dan Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo.
Menteri Riset dan
Teknologi Gusti Muhammad Hatta menyebut, ada tiga klaster dalam produksi ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Yakni, yang bersifat untuk meningkatkan
produksi, pelayanan,dan perlindungan. “Jadi, kita harus terus mengembangkan
iptek untuk mendukung pertahanan,” katanya di kantor Bapeten,belum lama ini. Di
antara yang sedang dikembangkan untuk pertahanan adalah pembuatan roket yang
dinamai RHAN. Roket ini sudah beberapa kali diujicoba dan berhasil. Namun,daya
jangkau masih belum memenuhi ekspektasi. “Kita ingin di atas tiga digit,”ujar
Gusti.
Di Indonesia, ada
banyak Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) dan Badan Usaha
Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP), serta badan usaha milik swasta yang
aktivitas usahanya berkaitan erat dengan bidang pertahanan. Di deretan pelat
merah ada nama-nama seperti PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT PAL
Indonesia. Dikalangan swasta ada beberapa industri galangan kapal seperti PT
Palindo.
Kemampuan PT DI dalam
memproduksi pesawat tidak perlu diragukan lagi. Direktur Teknik dan
Pengembangan PT DI Dita Ardoni Safri menyebutkan, beberapa pesawat yang sudah
berhasil dibuat adalah CN-235, dan NC-212-200. Untuk pesawat CN-235 sekarang
ini di antaranya dipakai oleh TNI Angkatan Udara sebagai pesawat angkut ringan,
juga oleh TNI Angkatan Laut. Beberapa negara asing juga tertarik menggunakan
pesawat ini,seperti Korea Selatan. Selain pesawat, PT DI juga berhasil membuat
roket FFAR (Fin Folding Aerial Rocket) yang dipakai untuk jet tempur TNI. Roket
ini sebagian besar komponennya berasal dari dalam negeri. PT DI mampu
memproduksi roket ini hingga ribuan unit per tahun. Roket jenis FFAR memiliki
tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur. Yakni, tipe MK 60 dengan
diameter 100 mm, tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm.
Roket ini pertama kali
diproduksi dengan lisensi produsen roket Force de Zeeburg, Belgia. PT DI juga
membuat torpedo berdiameter 122 milimeter yang memiliki jangkauan area hingga
40 km. Di luar teknologi yang sudah dikuasai, PT DI juga terlibat dalam
berbagai pembuatan pesawat terbang selaku penyuplai komponen. Diantaranya
bekerja sama dengan Airbus Military dan Boeing. Produk-produk Pindad juga sudah
menembus pasar ekspor.
Bahkan untuk
amunisi,jumlah permintaan melebihi kemampuan produksi. Sehingga manajemen
berupaya untuk meningkatkan kapasitas dengan mendatangkan mesin baru. PT Pindad
juga berhasil menciptakan kendaraan tempur angkut personel Panser Anoa 6x6.
Penciptaan kendaraan ini dimulai ketika operasi militer di Aceh. Kala itu,
banyak pasukan yang cedera karena menaiki kendaraan yang tidak memadai untuk
operasi. Sehingga, Pindad dipesan untuk membuat kendaraan tempur angkut
personel yang lebih aman dan lahirlah Anoa 6x6.
Kendaraan ini juga
digunakan prajurit TNI yang bertugas dalam misi perdamaian dunia di bawah
kendali PBB. Bahkan, spesisifikasi Anoa 6x6 sudah memenuhi kualifikasi PBB.
Beberapa negara asing pun berminat untuk membeli, seperti Malaysia. Saat ini,PT
Pindad membuat prototipe kedua kendaraan perintis ( Rantis) 4x4 bekerja sama
dengan TNI dan industri lain.PT Pindad sebagai leading sector industri termasuk
pelaksana integrator desain,pengerjaan break system, steering system, serta
senjata.
Sedangkan penyedia
baja oleh PT Krakatau Steel dan penyedia power train, power pack, electrical
AC, engine, winch, driver set, dan pengecatan body assembling oleh PT Autocar
Industri Komponen. Dalam bidang maritim,Indonesia juga sudah bisa membuat kapal
perang oleh PT PAL maupun PT Palindo. Di antara kapal perang yang sudah
diproduksi adalah landing platform dock (LPD) yang diproduksi setelah proses
alih teknologi dalam pembelian LPD dari Korea Selatan.
Selain itu juga
berhasil diproduksi kapal kawal cepat rudal (KCR) berbagai ukuran 40 meter dan
60 meter. “Ada roadmap pembangunan kapal perang. Ada tahapan-tahapannya,” kata
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Sbr : Sindo